Selasa, 16 Februari 2016

JURNAL AKUNTANSI PERHOTELAN



JURNAL AKUNTANSI
PERHOTELAN
 

Disusun Oleh :
Nama               : Susanti
NIM                : 2141392965
Semester          : IV
Jurusan            : Perhotelan
Jenjang            : D3
Prodi                : Accounting

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARUKMO
(STIPRAM) YOGYAKARTA
2015


KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan jurnal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
        Semoga paper ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya semoga jurnal ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
        Jurnal ini saya akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan jurnal ini.


Yogyakarta, 18 Desember 2015
       
                                                                               Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Meningkatnya dunia pariwisata saat ini di Indonesia menunjukkan arti pentingnya sebuah hotel. Semakin banyaknya hotel yang berdiri menunjukkan bahwa dunia industri perhotelan semakin strategis untuk menarik karyawan-karyawan baru di berbagai tempat, sekaligus mengurangi  tingkat pengangguran. Pengurangan tingkat pengangguran tentunya membantu pemerintah dalam meminimalisasi tingkat kemiskinan. Di samping itu, arti pentingnya industri perhotelan dapat juga dilihat dari sisi pendapatan pajak yang diberikan hotel terhadap pemerintah.
Industri perhotelan merupakan bagian dari indusrti pariwisata yang memiliki arti penting, terutama bila dikaji dari aspek ekonomi. Perkembangan industri perhotelan dapat dikatakan dimulai pada tahun 1962 pada saat Hotel Indonesia di Jakarta disiapkan untuk menerima duta bangsa-bangsa mancanegara dalam rangka pesta olah raga bangsa-bangsa yang berkembang (Games of the New Emerging Forces atau Ganefo). Hotel Indonesia saat itu dikelola oleh jaringan Hotel Intercontinental. Sebelumnya memang telah ada beberapa hotel kecil dengan sebutan losmen atau penginapan. Hotel Indonesia dengan demikian merupakan hotel bertaraf internasional yang pertama di Indonesia. Setelah itu, dibangun pula Hotel Samudra Beach di Pelabuhan Ratu, Ambarukmo Palace Hotel di Yogyakarta, dan The Grand Bali Beach di Bali. Keberadaaan suatu hotel memberikan dampak ekonomis yang berarti bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya hotel tersebut, penduduk dapat bekerja langsung sebagai karyawan hotel yang bersangkutan, dapat pula sebagai penunjang operasional hotel dengan berperan sebagai rekanan hotel. Dampak sosial juga meningkat karena keberadaan hotel tersebut. Hal ini terjadi karena peningkatan penghasilan penduduk meningkatkan taraf hidup sehingga sekaligus meningkatkan kondisi sosial mereka. Sebelum hotel tersebut dibangun, penduduk setempat dapat berpartisipasi dalam kegiatan proyek hotel. Dari sisi penerimaan pemerintah, hotel memberikan pemasukan bagi pemerintah terutama untuk pajak pembangunan I, pajak bumi dan bangunan, dan pajak penghasilan. Dapat disimpulkan bahwa secara ekonomi dan sosial kontribusi hotel pada suatu kawasan cukup berarti. Di sisi lain, harus dicermati pula bahwa hotel berpotensi untuk memberikan tekanan fisik dan nonfisik pada lingkungan sekitarnya. Tekanan pada lingkungan fisik diakibatkan antara lain oleh limbah cair dan padat yang dihasilkan oleh hotel dari kegiatan operasionalnya. Untuk itu, manajemen hotel hendaknya sadar lingkungan sehingga tekanan yang diberikan oleh hotel dapat dikendalikan sampai pada tingkat yang paling minimal.
Berdasarkan uraian tersebut, kelompok kami tertarik untuk mengangkat bahasan mengenai perhotelan yang dihubungan dengan sisi akuntansi, sehingga judul dari makalah kami adalah “Akuntansi Perhotelan” .


1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami bermaksud untuk mengangkat beberapa hal yang berkaitan dengan Akuntansi Perhotelan, yaitu:
1.      Apa saja karakteristik hotel dan produknya?
2.      Departemen apa saja yang terkait dengan Laporan Keuangan Hotel?
3.      Bagaimana Laporan Keuangan sebuah hotel?

1.3  Tujuan dan Manfaat Makalah
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang:
1.      Karakteristik hotel dan karakteristik produk sebuah Hotel;
2.      Departemen-departemen terkait pelaporan keuangan hotel;
3.      Contoh laporan keuangan sebuah hotel.
Manfaat dari makalah ini, yaitu diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis, para pembaca dan audiens tentang akuntansi perhotelan di Indonesia khususnya.



BAB II
PERHOTELAN

2.1  Pengertian Hotel
Pengertian hotel menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2001 tanggal 31 September 2001, yaitu:
“Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.”
“Hotel merupakan bangunan yang menyediakan jasa kamar untuk jangka pendek, makanan, minuman, dan jasa lain yang diperlukan dengan imbalan pembayaran dari para tamu.” (Wikipedia, diakses 19 November 2009)
Dari batasan mengenai hotel tersebut dapat diungkapkan bahwa hotel merupakan usaha yang mencari laba sebagai hasil akhir aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, manajemen hotel akan berupaya sedemikian rupa agar tujuan ini pada akhir suatu periode dapat tercapai. Berbagai aktivitas dilakukan oleh manajemen hotel untuk mencapai sasaran laba yang direncanakan, diantaranya mengadakan pelatihan bagi dan staf sehingga dapat memenuhi tingkat layanan yan diharapkan oleh tamu, mengadakan kegiatan promosi dan pemasaran, pengendalian biaya operasional, pengendalian lingkungan fisik hotel, dan aktivitas-aktivitas lainnya.

2.2  Klasifikasi Hotel
Pengklasifikasian hotel bertujuan untuk menciptakan persaingan bisnis yang sehat, memberikan panduan bagi tamu tentang harga dan fasilitas serta layanan yang diberikan oleh hotel pada klasifikasi tertentu, memberikan panduan bagi para pemilik modal jika hendak berbisnis pada satu klasifikasi hotel, dan secara nasional memudahkan saat ingin mengetahui kebutuhan akan hotel pada klasifikasi tertentu.
Mengacu kepada keputusan Menparpostel nomor KM 94/HK.103/MPPT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongangan Hotel, hotel diklasifikasikan dalam 5 (lima) golongan kelas, yaitu satu bintang, dua bintang, tiga bintang, empat bintang, dan lima bintang. Peringkat bintang tersebut memberikan petunjuk untuk kelas layanan yang diberikan. Makin tinggi peringkat bintang suatu hotel, makin tinggi mutu layanan serta makin lengkap fasilitas yang diberikan kepada tamunya.
Selain klasifikasi menurut bintang, terdapat pula kasifikasi menurut melati, menurut kamar yang dimiliki, menurut lokasi hotel, menurut jenis tamu, menurut lama tinggal tamu, menurut operasi hotel, dan berdasarkan jenis layanan yang diberikan, dan penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
·         Klasifikasi menurut Melati
Ada 3 (tiga) klasifikasi menurut Melati, yaitu: melati 1, melati 2, dan melati 3. Yang membedakan klasifikasi bintang dan melati adalah tingkat layanan dan fasilitas hotel dan administrasi. Hotel Melati adalah losmen yang telah beroperasi sebelum klasifikasi hotel diterapkan oleh pemerintah. Agar mutu layanan hotel melati meningkat, klasifikasi diperlukan pula. Fasilitas dan layanan hotel melati lebih terbatas dibadingkan lebih rendah daripada hotel berbintang.
·         Klasifikasi menurut Jumlah Kamar yang Dimiliki
Dilihat dari jumlah kamar yang dimiliki, maka hotel dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Hotel Kecil, dengan jumlah kamar sampai dengan 25 kamar;
2.      Hotel Sedang, dengan jumlah kamar sampai dengan 100 kamar;
3.      Hotel Menengah, dengan jumlah kamar sampai dengan 300 kamar;
4.      Hotel Besar, dengan jumlah kamar sampai dengan lebih dari 300 kamar.
·         Klasifikasi menurut Lokasi Hotel
Dari sisi lokasi, hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Hotel Bandara (Airport hotel), terletak dengan bandara;
2.      Hotel di tengah kota (city hotel), lokasi di tengah kota;
3.      Hotel Komersial (commercial hotel), lokasi hotel di pusat bisnis;
4.      Hotel Pantai (beach hotel), lokasi di tepi pantai;
5.      Hotel Stasiun (railway hotel), dekat dengan stasiun kereta api;
6.      Hotel Jalan Raya (highway hotel), dekat dengan jalan bebas hambatan;
7.      Hotel Pelabuhan (harbour hotel), berdekatan dengan pelabuhan laut;
8.      Hotel Pegunungan (mountain hotel), lokasi hotel berada di daerah pegunungan.
·         Klasifikasi menurut Jenis Tamu
Dipandang dari tujuan kedatangan tamu, hotel dapat dibedakan menjadi:
1.      Untuk bisnis;
2.      Untuk pemeliharaan kesehatan (penyembuhan);
3.      Liburan;
4.      Kompetisi olah raga;
5.      Tugas kedinasan.
·         Klasifikasi menurut Lama Tinggal Tamu
Bila dilihat dari rata-rata lama tinggal tamu, maka hotel dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Transient Hotel: Bila rata-rata lama tinggal tamu relatif singkat, sampai dengan 7 hari.
2.      Resident Hotel: Bila rata-rata lama tinggal tamu untuk jangka waktu yang lama.
·         Klasifikasi menurut Masa Operasi Hotel
Dilihat dari sisi masa operasi hotel, maka hotel dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Hotel Musiman (seasional hotel): di negara-negara yang memiliki 4 (empat) musim, hotel hanya beroperasi pad musim tertentu.
2.      Beroperasi Ssepanjang Tahun (all year round): hotel yang beroperasi sepanjang tahun.


·         Kalsifikasi menurut Jenis Layanan yang di berikan
Dilihat dari jenis layanan yang diberikan, hotel dibagi menjadi:
1.      Deluxe Hotel: memberikan layanan yang lengkap dan istimewa kepada tamunya. Layanan yang luks hotel tercermin dari harga kamar, fasilitas yang ditawarkan, dan kemampuan serta kompetensi karyawan hotel yang tinggi dalam memberikan layanan untuk para tamunya.
2.      Ekonomi Hotel: memberikan layanan yang terbatas, misalnya hanya untuk layanan kamar; demikian [ulas, harga kamar yang ditawarkan lebih murah serta fasilitas yang ditawarkan ole hotel kepada tamunya juga terbatas.

2.3  Karakteristik Produk Hotel
Hotel sebagai industri jasa memiliki beberapa karakteristik produk dengan kekhasan sebagai berikut:
1.      Tamu terlibat dalam proses produksi, misal ketika tamu menikmati makanan di restoran, makanan pesanan tamu diolah di hadapan tamu, prodk minuman campuran diproduksi di depan tamu ketika berada di bar.
2.      Tidak dapat dipakai sampel, produk harus dinikmati langsung oleh tamu.
3.      Jasa yang tidak terjual pada hari tertentu tidak dapat disimpan dan dikompensasikan dengan penjualan pada hari berikutnya. Jadi, kamar yang tidak dapat terjual hari ini, tidak dapat dikompensasikan dengan penjualan hari berikutnya; kesempatan penjualan hari ini hilang. Kesempatan penjualan jasa kamar yang telah hilang pada malam sebelumnya tidak dapat dikompensasikan dengan penjualan jasa kamar pada malam berikutnya.
4.      Tamu sebagai konsumen harus datang langsung ke lokasi hotel untuk menikmati produk hotel.
5.      Mutu layanan yang tidak konsisten. Produk yang sama disiapkan oleh karyawan yang berbeda akan menghasilkan mutu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi mutu, selalu diadakan inspeksi mutu produk sebelum dijual kepada tamu. Misalnya, sebelum kamar siap ditawarkan kepada tamu, diadakan inspeksi atau pengendalian mutu oleh penyelia bagian Tata Graha.
6.      Citra hotel tidak kasat mata. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk membuat citra hotel menjadi kasat mata. Memberikan seragam kepada karyawan merupakan salah satu upaya agar citra hotel menjadi kasat mata.
7.      Mudah ditiru/ diduplikasi oleh pesaing. Bila suatu hotel menawarkan kamar suite plus plunge pool dan spa, maka hotel lain dengan mudah memberikan produk yang sama. Produk yang ditawarkan oleh suatu hotel dengan mudah ditiru oleh pesaing karena tidak ada hak paten untuk produk yang ditawarkan kepada pelanggannya.


2.4  Klasifikasi Departemen Hotel
Departemen atau bagian hotel dapat diklasifikasikan dengan pendekatan berikut:
1.      Menghasilkan Pendapatan (Revenue Generating)
Departemen yang menghasilkan pendapatan diantaranya kantor depan, departemen makanan dan minuman serta departemen lain yang lazim disebut minor operated department, seperti binatu, dry cleaning, spa, dan lainnya. Departemen yang menghasilkan pendapatan dapat juga disebut operated department. Departemen-departemen ini secara langsung melayani tamu (guest direct contact) atau mengadakan kontak langsung dengan tamu ketika memberikan layanan.
2.      Tidak Menghasilkan Pendapatan (Non-Revenue Generating)
Beberapa departemen hotel tidak menghasilkan pendapatan langsung bagi hotel antara lain pemasaran, personalia, pemeliharaan, keamanan, teknologi informasi, administrasi dan umum, akuntansi dan cost control, dan lainnya. Departemen-departemen tersebut tidak secara langsung melayani tamu hotel (guest non-direct contact), tetapi mendukung layanan yang diberikan oleh departemen yang menghasilkan pendapatan. Departemen-departemen ini juga lazim disebut non-operated department. Meskipun mengadakan kontak tidak secara langsung dengan tamu hotel, departemen ini melayani departemen yang mengadakan kontak langsung dengan tamu. Tamu akan menyampaikan keluhannya untuk fasilitas kamar yang tidak berfungsi dengan baik kepada kantor depan hotel, selanjutnya oleh kantor depan disampaikan ke bagian pemeliharaan, kemudian bagian pemeliharaan akan memberikan layanan perbaikan fasilitas yang dikeluhkan oleh tamu agar berfungsi dengan baik kembali.

2.5  Struktur Pendapatan dan Biaya Hotel
Pendapatan hotel bersumber dari penjualan kamar, makanan, minuman, dan pendapatan lain (biasa disebut minor operated department sales seperti telepon, cucian, dry cleaning, kolem renang, dan sebagainya). Adapun biaya-biaya dan harga pokok terjadi untuk biaya bahan habis pakai di setiap bagian hotel, harga pokok makan dan minuman, biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran, biaya bunga, biaya deprsiasi dan amortisasi, biaya sumberdaya manusia, biaya pemeliharaan sarana fisik hotel, biaya energi dan laba/rugi yang dihasilkan. Dibawah ini merupakan proporsi pendapatan dan biaya serta harga pokok yang terjadi di hotel yang diadaptasi dari Laventhol & Horwath 1984.









Tabel 1. Struktur Pendapatan dan Biaya Hotel
Sumber-sumber Pendapatan
Proporsi (%)
Kamar
59.9
Makanan
24.3
Minuman
9.0
Lain-lain
6.8
Sumber-sumber biaya
Proporsi (%)
Biaya Operasional Departemen Hotel
10.4
Gaji dan Upah
37.0
Biaya Bunga
7.2
Biaya Depresiasi
6.7
Harga Pokok Makanan
7.5
Harga Pokok Minuman
1.9
Administrasi dan Umum (A&G)
4.7
Administrasi dan Pemasaran (A&P)
4.3
Energi dan Daya
5.2
Pemeliharaan Sarana Fisik
3.4
Fee Manajemen
2.6
Lain-lain
6.9
Laba
2.2



BAB III
AKUNTANSI PERHOTELAN

Akuntansi bertujuan memberikan informasi mengenai operasional hotel. Dengan informasi keuangan ini, manajemen akan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat. Manajemen memerlukan informasi keuangan dengan tujuan perencanaan, analisis dan pengendalian. Dengan informasi keuangan yang sekarang, manajemen dapat merencanakan kegiatan periode yang akan datang, berupa anggaran periode yang akan datang. Selain itu, manajemen juga dapat melakukan analisis dan pengendalian yang lebih baik untuk aktivitas operasional hotel. Informasi keuangan untuk keputusan ekonomis hotel bersumber dari:
1.      Laporan Rugi-Laba (Income Statement);
2.      Neraca (Balance Sheet);
3.      Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement);
4.      Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement).
Sistem akuntansi yang lazim diterapkan di industri perhotelan adalah Uniform System of Accounts for Hotel (USAH). Sistem ini awalnya dikembangkan di Amerika Serikat oleh perhimpunan pengusaha hotel di New York pada tahun 1925. Dengan berkembangnya industri perhotelan bersistem jaringan (Chain Hotel) di Indonesia, hotel-hotel dengan jaringan tertentu yang beroperasi di Indonesia mengadopsi Uniform System of Accounts for Hotel ini, USAH pun terus dikembangkan. Kini USAH berkembang menjadi Uniform System of Accounts for The Lodging Industry disingkat USALI. Sistem ini memberikan beberapa manfaat diantaranya keseragaman pemahaman untuk istilah yang lazim diterapkan di bisnis perhotelan. Misalnya, istilah gross operating profit (GOP) yang merupakan laba seluruh departemen minus biaya-biaya departemen yang bersangkutan minus undistributed operating expenses. Dalam USALI, terminologi yang diterapkan untuk gross operating profit adalah income after undistributed operating expenses. Manfaat lainnya adalah data keuangan untuk hotel dengan kelas yang sama dapat dibandingkan. Manfaat selanjutnya terutama dirasakan oleh pihak ketiga, yaitu membuat data runut waktu dengan tujuan kompilasi dan interpretasi lebih lanjut.
Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya, setiap departemen hotel melaporkan hasil operasinya pada periode tertentu. Misalnya, kantor depan hotel melaporkan aktivitasnya setiap bulan. Penjualan kamar yang terjadi dalam sebulan dilaporkan bersamaan dengan biaya-biaya yang diserap untuk menghasilkan penjualan kamar seperti biaya gaji dan upah, biaya alat tulis kantor, biaya yang dipakai habis di kamar tamu, dan lain seagainya. Kantor depan juga melaporkan laba departemen yang di capai pada bulan atau periode tahun tertentu.

3.1    Laporan Rugi-Laba
Sebagai industri jasa, hotel memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan aktivitas bisnisnya. Salah satu laporan keuangan hotel yang penting adalah laporan rugi-laba. Dalam laporan rugi-laba, yang dilaporkan adalah penjualan, harga pokok penjualan, biaya-biaya yang terjadi pada departemen yang bersangkutan, biaya-biaya operasional hotel yang tidak didistribusikan ke masing-masing departemen hotel (undistributed operating expenses), biaya-biaya tetap seperti depresiasi, sewa, bunga, pajak penghasilan, dan laba bersih. Jadi, laporan rugi-laba merupakan laporan yang sistematis mengenai penjualan, harga pokok, dan biaya serta laba (rugi) untuk periode tertentu. Periode tertentu dapat dalam satu bulan, tiga bulan atau satu tahun. Secara teknis, operasional laporan rugi-laba hotel disiapkan setiap bulan sebagai laporan antara (interim report) untuk kepentingan internal manajemen hotel yang bersangkutan. Laporan rugi-laba yang disiapkan setiap bulan memberikan gambaran kepada manajemen hotel pencapaian sasaran yang dicapai setiap bulan sehingga tindakan koreksi dapat dilaksanakan lebih cepat.




3.2  Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan hotel yang penting. Dalam neraca dilaporkan posisi kekayaan hotel seperti kas, piutang, persediaan, aktiva lancar lain-lain, gedung dan perlengkapan gedung, aktiva tetap lain-lain, dan tanah. Disamping kekayaan hotel, neraca juga melaporkan kewajiban hotel yang terdiri dari utang dagang, utang pajak, utang gaji, utag jangka pendek, utang jangka panjang serta modal.
3.3  Hubungan Laporan Rugi-Laba dengan Neraca
Laporan rugi-laba merupakan laporan yang mencakup aktivitas hotel untuk jangka waktu setahun. Bila dalam jangka waktu operasi setahun tersebut hotel menghasilkan laba (penjualan lebih besar daripada seluruh biaya yang terjadi) maka laba yang dihasilkan pada periode tertentu, misalnya pada 2011, akan dilaporkan pada neraca 2011, per 31 Desember 2011 dibawah judul rekening modal, pada rekening laba yang ditahan. Laba periode ini dicantumkan pada rekening laba yang ditahan karena laba ini pada saat pencatatan belum didistribusikan kepada pemilik hotel berupa dividen. Berikut ini adalah gambaran hubungan antara laporan rugi-laba dengan neraca:
1 Januari                                                                                       31 Desember








 


Laporan Rugi – Laba                                      Neraca

3.4    Elemen-elemen Laporan Keuangan Departemen Hotel
Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Disebut demikian karena setiap departemen hotel melaporkan aktivitasnya selama periode tertentu. Departemen kamar akan melaporkan aktivitasnya setiap periode (setiap bulan misalnya), demikian pula halnya dengan departemen makanan dan minuman, dan departemen-departemen hotel lainnya. Laporan aktivitas setiap departemen ini (penjualan dan biaya-biaya departemental yang diserap untuk periode tertentu) pada laporan keuangan merupakan lampiran laporan keuangan hotel.
1.      Laporan Rugi-Laba Departemen Kamar
a.      Penjualan Kamar
Pada laporan rugi-laba departemen kamar dicantumkan semua sumber penjualan jasa kamar untuk periode tertentu (sebulan, tiga bulan, atau setahun). Sumber-sumber penjualan jasa kamar dari transient regular, transient group, permanent, dan penjualan kamar tambahan (extraroom revenues).
b.      Allowance
Allowance merupakan penyesuaian harga kamar untuk yang melampaui perjanjian sebelumnya. Kesalahan pembebanan harga kamar yang terjadi pada saat tamu check-in dan diperbaiki beberapa hari kemudian, atau pada saat check-out, disebut allowance. Jadi, allowance adalah istilah teknis untuk memperbaiki kesalahan pembebanan harga kamar yang terjadi pada waktu yang lampau (kemarin atau beberapa hari yang lalu).
c.       Biaya-biaya Operasional Langsung
Biaya-biaya yang terjadi pada departemen kamar dibebankan langsung ke departemen kamar seperti gaji dan upah, employee benefits, biaya tembikar (chinaware), bahan habis pakai (guest supplies, cleaning supplies, paper supplies), komisi, seragam, pelatihan (training), dan biaya resevasi.
d.      Laba (Rugi) Departemen Kamar
Laba departemen kamar didapat dengan mengurangkan penjualan dengan seluruh biaya yang diserap oleh departemen kamar.

2.      Laporan Laba-Rugi Departemen Makanan dan Minuman
a.      Penjualan Makanan dan Minuman
Pada penjualan dicantumkan sumber-sumber penjualan makanan dan minuman, yaitu restoran, coffee shop, room service dan bar.
b.      Allowance
Allowance adalah istilah teknis untuk memperbaiki kesalahan pembebanan harga makanan dan minuman yang terjadi kemarin atau beberapa hari yang lalu.
c.       Harga Pokok Makanan dan Minuman
Harga pokok merupakan harga pokok bahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan penjualan. Harga pokok makanan di industri perhotelan dihitung hanya untuk bahan makanan yang digunakan untuk memproduksi makanan. Biaya-biaya lain seperti tenaga kerja dan penyusutan tidak dibebankan ke hara pokok karena biaya tenaga kerja dibebankan ke departemen yang bersangkutan. Adapun penyusutan peralatan dibebankan ke rekening penyusutan. Pendekatan yang sama diterapan untuk menentukan harga pokok minuman. Harga pokok dibebankan menjadi harga pokok makanan dan minumanhang dikonsumsi dan harga pokok makanan yang dijual. Harga pokok makanan yang dikonsumsi adalah harga pokok makanan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang ditawarkan. Harga pokok makanan yang dibebankan sesuai dengan jumlah harga pokok makanan yang keluar dari gudang makanan. Adapun harga pokok makanan yang dijual didapat dari harga pokok makanan yang dikonsumsi minus harga pokok makanan untuk karyawan dan harga pokok makanan untuk karyawan dan harga pokok untuk tujuan promosi dan tujuan lain seperti pertemuan dengan dewan direksi/pemilik hotel. Hotel lazimnya memberikan makanan dan minuman satu kali selama karyawan hotel bertugas. Harga pokok untuk makanan dan minuman pada akhirnya dibebankan pada rekening employee benefits, pendekatan yang sama diterapkan untuk menentukan harga pokok minuman yang dijual.
d.      Biaya-biaya
Biaya-biaya yang terjadi di departemen makanan dan minuman dibebankan kepada departemen ini. Biaya-biaya dimaksud adalah gaji dan upah, employee benefits, biaya tembikar, bahan habis pakai (guest supplies, cleaning supplies, paper supplies), komisi, seragam, pelatihan (training), dan biaya musik dan artis.
e.       Laba (Rugi) Departemen Makanan dn Minuman
Laba departemen makanan dan minuman didapat dengan mengurangkan penjualan dengan harga pokok dan seluruh biaya yang diserap oleh departemen makanan dan minuman.

3.      Laporan Rugi-Laba Minor Operated Departments
Departemen lain yang menghasilkan penjualan seperti telepon, laundry dan dry cleaning (lazim dikelompokkan ke dalam minor operated departments) juga membuat laporan rugi-laba dengan pendekatan sama dengan departemen kamar dan departemen makanan dan minuman.

4.      Undistributed Operating Expenses
Departemen yang hanya menyerap biaya dan tidak menghasilkan penjualan (seperti departemen administrasi dan umum, pengolahan data, human resources, transportasi, pemasaran, pemeliharaan dan biaya energi) hanya melaporkan semua biaya yang terjadi di departemen tersebut untuk periode tertentu. Dengan laporan ini, aktivitas tetap separtemen hotel dapat diketahui dan dikendalikan.











3.5  Contoh Laporan Keuangan Hotel
NERACA
HOTEL KONTEMPORER
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
(dalam rupiah)
Aktiva
Pasiva
Aktiva Lancar
Utang Lancar
Kas
xxx.xxx.xxx
Utang dagang
xxx.xxx.xxx
Investasi jangka pendek
xxx.xxx.xxx
Utang yang diperhitungkan
xxx.xxx.xxx
Piutang
xxx.xxx.xxx
Uang muka pemesanan kamar
xxx.xxx.xxx
Penyisihan piutang ragu-ragu
(xxx.xxx.xxx)
Porsi utang jangka panjang
xxx.xxx.xxx
Persediaan
xxx.xxx.xxx
Utang pajak penghasilan
xxx.xxx.xxx
Pembayaran di muka
xxx.xxx.xxx


Jumlah Aktiva Lancar
xxx.xxx.xxx
Jumlah utang lancar
xxx.xxx.xxx




Aktiva Tetap
Utang Jangka Panjang
Tanah
xxx.xxx.xxx
Hipotek
xxx.xxx.xxx
Mesin dan peralatan
xxx.xxx.xxx


Gedung dan perlengkapan gedung
xxx.xxx.xxx
Jumlah utang jangka panjang
xxx.xxx.xxx
Furniture and fixtures
xxx.xxx.xxx


Kendaraan
xxx.xxx.xxx
Modal
Aktiva operasional
xxx.xxx.xxx
Saham
xxx.xxx.xxx
Akumulasi penyusutan
(xxx.xxx.xxx)
Agio saham
xxx.xxx.xxx
Beban yang ditangguhkan
xxx.xxx.xxx
Laba yang ditahan
xxx.xxx.xxx
Jumlah aktiva tetap
xxx.xxx.xxx
Jumlah modal
xxx.xxx.xxx




Jumlah Aktiva
xxx.xxx.xxx
Jumlah Pasiva
xxx.xxx.xxx


RUGI/LABA
HOTEL KONTEMPORER
LAPORAN RUGI-LABA
PERIODE SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20XX
(dalam rupiah)


Jumlah
Pendapatan Departemen
Kamar
xxx.xxx.xxx
Makanan dan minuman
xxx.xxx.xxx
Telekomunikasi
xxx.xxx.xxx
Binatu
xxx.xxx.xxx
Lainnya
xxx.xxx.xxx
Jumlah
xxx.xxx.xxx
Biaya dan Harga Pokok

Kamar
(xxx.xxx.xxx)
Makanan dan minuman
(xxx.xxx.xxx)
Telekomunikasi
(xxx.xxx.xxx)
Binatu
(xxx.xxx.xxx)
Lainnya
(xxx.xxx.xxx)
Laba Departemen
xxx.xxx.xxx
Biaya Tidak Didistribusikan

Administrasi dan umum
(xxx.xxx.xxx)
Pemasaran
(xxx.xxx.xxx)
POMEC
(xxx.xxx.xxx)
Laba Setelah Biaya Tidak Didistribusikan
xxx.xxx.xxx
Asuransi
(xxx.xxx.xxx)
Laba Sebelum Biaya Bunga, Depresiasi, Amortisasi, dan Pajak
xxx.xxx.xxx
Biaya Bunga
(xxx.xxx.xxx)
Laba Sebelum Depresiasi, Amortisasi, dan Pajak
xxx.xxx.xxx
Depresiasi dan amortisasi
(xxx.xxx.xxx)
Laba Sebelum Pajak
xxx.xxx.xxx
Pajak
(xxx.xxx.xxx)
Laba Bersih
xxx.xxx.xxx




BAB IV
KESIMPULAN

Hotel merupakan usaha yang mencari laba sebagai hasil akhir aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, manajemen hotel akan berupaya sedemikian rupa agar tujuan ini pada akhir suatu periode dapat tercapai. Berbagai aktivitas dilakukan oleh manajemen hotel untuk mencapai sasaran laba yang direncanakan, diantaranya mengadakan pelatihan bagi dan staf sehingga dapat memenuhi tingkat layanan yan diharapkan oleh tamu, mengadakan kegiatan promosi dan pemasaran, pengendalian biaya operasional, pengendalian lingkungan fisik hotel, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Dalam bisnis perhotelan, terdapat pengklasifikasian hotel yang bertujuan untuk menciptakan persaingan bisnis yang sehat, memberikan panduan bagi tamu tentang harga dan fasilitas serta layanan yang diberikan oleh hotel pada klasifikasi tertentu, memberikan panduan bagi para pemilik modal jika hendak berbisnis pada satu klasifikasi hotel, dan secara nasional memudahkan saat ingin mengetahui kebutuhan akan hotel pada klasifikasi tertentu. Pengklasifikasian hotel diantaranya adalah sebagai berikut:
      Klasifikasi menurut Melati;
      Klasifikasi menurut Jumlah Kamar yang Dimiliki;
      Klasifikasi menurut Lokasi Hotel;
      Klasifikasi menurut Jenis Tamu;
      Klasifikasi menurut Lama Tinggal Tamu;
      Klasifikasi menurut Masa Operasi Hotel;
      Kalsifikasi menurut Jenis Layanan yang di berikan.
Dalam kegiatan operasionalnya, hotel terdiri dari dua jenis departemen yaitu departemen yang menghasilkan Pendapatan (Revenue Generating), dimana departemen ini merupakan departemen yang menghasilkan pendapatan diantaranya kantor depan, departemen makanan dan minuman serta departemen lain yang lazim disebut minor operated department, seperti binatu, dry cleaning, spa, dan lainnya. Yang berikutnya adalah departemen yang tidak menghasilkan Pendapatan (Non-Revenue Generating), yaitu antara lain pemasaran, personalia, pemeliharaan, keamanan, teknologi informasi, administrasi dan umum, akuntansi dan cost control, dan lainnya.


Sistem akuntansi yang lazim diterapkan di industri perhotelan adalah Uniform System of Accounts for Hotel (USAH). Sistem ini awalnya dikembangkan di Amerika Serikat oleh perhimpunan pengusaha hotel di New York pada tahun 1925. Dengan berkembangnya industri perhotelan bersistem jaringan (Chain Hotel) di Indonesia, hotel-hotel dengan jaringan tertentu yang beroperasi di Indonesia mengadopsi Uniform System of Accounts for Hotel ini, USAH pun terus dikembangkan. Kini USAH berkembang menjadi Uniform System of Accounts for The Lodging Industry disingkat USALI. Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya, setiap departemen hotel melaporkan hasil operasinya pada periode tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntansi perhotelan merupakan pelaporan keuangan yang merupakan penggabungan dari beberapa laporan dari setiap departemennya dalam suatu periode.


Sumber : http://dokumen.tips/documents/makalah-akuntansi-perhotelan.html